Tradisi Festival Musim Gugur yang sangat menarik

Tradisi Festival Musim Gugur yang sangat menarik

Jauh sebelum Dinasty Yuan, Festival Musim Gugur jauh tidak menarik dan tidak begitu penting dibandingkan dengan Festival Perahu Naga ( Bak Cang ). Pada dynasty Tang, meskipun ada kisah bermain di bulan (玩月故事), namun hanya penyair Wang-Jian pernah membuat syair “Cin Ye Yue Ming Ren Cing Wang, Pu Zhi Chiu Si Luo Shei Cia (今夜月明人盡望,不知秋思落誰家) . Kira-kira artinya adalah : Malam ini semua orang menatap dan menikmati keindahan purnama, namun rasa rindu di malam musim gugur ini ditujukan kepada siapa?”, sedangkan para penyair lain umumnya seperti Li-Pai, Tu-Phu, Han-Yue, Liu Zong-Yuan dll jarang membuat syair yang berhubungan dengan Festival Musim Gugur, jadi dari sini bisa diketahui bahwa Festival Musim Gugur di Jaman dynasty Tang tidaklah terlalu dirayakan.


Setelah memasuki dynasty Song, masyarakat mendapat pengaruh dari orang-orang terpelajar yang menganjurkan perayaan Festival Musim Gugur dan kehidupan masyarakat yang stabil, secara bertahap muncul tradisi sembahyang bulan merayakan hari raya. Sedangkan jaman yang benar-benar menjadi hari raya penting adalah setelah jaman dynasty Yuan. Ini ada hubungannya dengan cerita rakyat tragis, karena ada kisah ini maka Festival Musim Gugur baru ada tradisi makan kue bulan.

Akhir dynasty Song awal dynasty Yuan, leluhurnya orang Mengolia, bangsa Tatar, berhasil memasuki dan menguasai wilayah daratan cina. Suku Tatar banyak melakukan tindakan kekerasan dan penindasan terhadap rakyat cina. Orang-orang bijak yang tidak tahan dengan perlakuan kekerasan suku Tatar ini,  mengajak rakyat untuk memberontak. Secara rahasia mereka mempersiapkan diri menyusun kekuatan untuk mengambil merebut kembali kekuasaan demi terciptanya keadilan dalam kehidupan masyarakat.

Tepatnya pada bulan 8 tanggal 15, ada seorang senior memberikan satu siasat bagus, mengutus orang-orang pergi mengantar satu kotak kue ke setiap rumah, dan berpesan sama mereka harus membagi-bagikan kue yang bulat ke sanak family mereka, bila memakan kue bulat, maka bisa terhindar dari bencana yang akan diturunkan dari langit pada tanggal 15 bulan 8.

Hasilnya, rakyat berebutan membagikan kembali kue bulatnya kepada sanak family mereka. Disaat kue bulat dipotong, mereka menemukan dalam setiap kue bulat terselip secarik kertas yang bertuliskan : “Tengah malam nanti bunuh si Tatar ! “
Membaca ini, mereka mulai menyiapkan senjata dan pura-pura tidur. Sampai tengah malam, disaat orang Mongolia suku Tatar tertidur lelap, tiba-tiba mereka menyerang dan membunuh semua suku Tatar yang tidak ada persiapan sama sekali. Dengan demikian mereka berhasil merebut kembali kekuasaan dan hidup dalam keadilan. Anak cucu mereka demi untuk memperingati kejadian ini, setiap tahun perayaan Festival Musim Gugur pasti memakan kue bulan ( bulat ), tapi sekarang kue sudah mengalami evolusi menjadi segi empat yang ada isinya. Itulah asal-usul Tradisi Festival Musim Gugur ( Pue Gwe Pua ) hatus makan “Kue Bulan”.

Sejarah perkembangan kue bulan bisa dimulai dari masa Dynasty Zhou ( tahun 1046256 BC ), sampai pada Dynasty Han ( 202 BC 220 AD ) sudah ada yang dikukus, dibakar ( Hu Ping ), yang ada kuah dan banyak jenis lainnya. Dalam buku karya Zhou-Mi pada awal Dynasty Song yang diberi judul “Wu Lin Ciu Shi武林舊事 Masa Lalu Ling-An ( Wu Lin adalah Nama Wilayah Ling An jaman pemerintahan Dynasty Song Selatan) ada mencatat kue lapis ( Chian Cheng Ping), kue cracker ( You Su Ping ), kue bulan (月餅) sebagai nama kue yang dimakan pada hari Festival Musim Gugur.
Dalam buku karya Tien Ru Chen田汝成 masa Dynasty Ming yang berjudul :“Xi Chao Le Shi熙朝樂事 ( Buku yang menulis tentang cara orang Hangzhou merayakan Festival Musim Gugur )” tercatat “ Bulan 8 tanggal 15 disebut ZhongChiu ( Pertengahan Musim Gugur), Rakyat saling memberikan “kue bulan”, mengambil makna sebagai reuni keluarga”.
Zhuo Zhong Zhi Lue酌中志略, juga ada menulis “八月一五,供月餅瓜藕,即大肆飲酒,多竟夕而散, Bulan 8 Tanggal 15, menyajikan “Kue Bulan” dan buah untuk sembahyang, Minum Sepuasnya, Semalaman sampai pagi baru bubar ). Dari karya-karya diatas dapat diketahui bahwa pada masa ini sudah ada tradisi saling memberi oleh-oleh kue bulan.
Su Tong Pho, seorang sastrawan dynasty Song dalam “Puisi perpisahan : Li Pie Lian Shou Shi 留別廉守詩” terdapat syair : “Xiao Ping Ru Jue Yue, Zhong You Su He Yi小餅如嚼月,中有酥和飴 Xiao ping bagai mengunyah bulan, isinya ada renyah ada manis”. Tulisan ini adalah gambaran makan kue bulan yang isinya manis dan hampir sama dengan kue bulan buatan saat ini. Kue bulan dulu adalah bahannya dibuat dari Tepung Terigu dan Gula.
(NB. Kue bulan juga disebut Yue Ping月餅,宮餅Gong Ping、小餅Xiao Ping ).

Tradisi Perayaan Festival Musim Gugur tidaklah sama di masing-masing daerah. Di daerah Guangdong dan sekitarnya, sejak siang hari sudah mulai sembahyang leluhur dan Dewa Bumi. Di daerah lain termasuk Taiwan, petang baru mulai sembahyang hingga malam. Menu sajian sembahyang adalah pakai San Sheng (Tiga jenis daging Hewan, yaitu Sapi, babi dan kambing. Namun sekarang kebanyakan pakai Ayam, Ikan dan Babi), Nian Ping ( Lumpia yang isi dalamnya sayur-sayuran ) dan Bihun Ubi ( Talas ) sebagai tanda terima kasih kepada Dewa Bumi.
 Konon menurut cerita orang tua, pada hari Festival Musim Gugur, para dewa dewi akan turun ke bumi. Masyarakat di berbagai daerah mengadakan upacara ataupun karnaval penyambutan para dewa dewi. Seperti di Jiading Zhou, Fujian, Festival Musim Gugur mereka memrankan Zaju ( Variety Show, termasuk Opera Tradisional Cina). Di Long Yen, masyarakat disini membuat manusia palsu dari lampu lampion, diarak berjejer membentuk barisan menyambut Dewa Bumi.

“Sembahyang Bulan” juga merupakan tradisi Festival Musim Gugur. Ada orang sembah ke arah langit untuk sembahyang bulan, ada juga menyembah arca yang diberi pakaian kostum tradisional wanita cina lengkap dengan topi mahkotanya (鳳冠霞披 Feng Guan Xia Phi). Akan tetapi kebanyak daerah sekarang ini, seperti Beijing, hanya menempel kertas bergambar dewi bulan hasil sablon dari cetakan ukiran kayu yang bernama “Yue Guang Shen Ma月光神禡 Sablonan Ukiran Dewi Bulan “ atau “月光紙 Kertas Sinar Bulan” ( Semua foto dewa dewi hasil sablon dari cetakan ukiran kayu disebut ShenMa神禡)
Saat sembahyang bulan, kertas Sablon Ukiran Dewi Bulan ditempel kan ke arah bulan terbit. Meja sembahyang disajikan sajian berupa kue bulan, buah-buahan, the dan lain-lain berjejer, setelah bulan sudah naik, mulailah membakar dupa corong atau Douxiang (斗香), yaitu gabungan dari banyak dupa-dupa yang dibentuk seperti corong, untuk dipersembahkan kepada Dewi Bulan月光菩薩atau Chandrapraba Bodhisatva.
Saat menyembah bulan, wanita dan anak-anak sembahyang dahulu, pria belakangan ( sebagian wilayah pria tidak perlu sembahyang dewi bulan ). Setelah sembahyang, kertas Sablon Ukiran Dewi Bulan dibakar, lalu mengangkat semua sajian dari meja saji dan membagi barang sajian ke semua anggota keluarga. Kalau ada anggota keluarga yang tidak berada di rumah, tetap harus simpan bagian untuk dia.

“Ciang Shen” atau mengundang roh datang adalah kegiatan yang sangat menarik di malam Festival Musim Gugur. Setelah baca mantera-mantera dan acara ritual lainnya, roh yang datang bisa memperlihatkan eksistensinya bahwa dia telah tiba seperti dengan menggerakan meja, menggerakan keranjang (Jelangkung). Roh-Roh yang sering diundang dalam perayaan Festival Musim Gugur adalah Dewa Meja, Peri Yue Ku, Delapan Dewa, Dewi Keranjang.

“Wan Thu Erl Ye玩兔兒爺 Main Master Kelinci” adalah permainan anak-anak di Festival Musim Gugur. Seperti boneka kelinci, berpakaian, tangan kiri memegang stamper, tangan kanan mengambil mortir, duduk diatas singa, harimau, rusa, onta ataupun diatas teratai. Tingginya sekitar 3 kaki, paling kecil sekitar 3 inci, terbuat dari tanah liat dan bubur kertas.

“Thing Xiang 聽香 Dengar Dupa “ adalah tradisi kuno Perayaan Festival Musim Gugur Taiwan. Wanita membakar dupa, berdoa dan memohon didepan arca dewa dirumah, menceritakan dengan jelas hal-hal yang ingin ditanyakan atau yang mau diramal ( jodoh, rezeki dll ), setelah meminta petunjuk arah jalan, dengan memegang dupa keluar rumah. Ada juga yang hanya berdiri di dalam halaman pagar rumah Dengar Dupa.
Semua kata-kata yang terdengar di jalan, baik suara orang bicara maupun nyanyi, semuanya bisa menjadi jawaban pertanyaan atau kata-kata ramalan. Pua Pue ditempat untuk mengetahui apakah benar itu jawaban yang diberikan, kalau bukan, teruskan berjalan hingga dapat jawaban iya. Tradisi lain adalah wanita yang masih single ke kebun mencuri sayur atau daun bawang di malam Festival Musim Gugur. Bila berhasil mencuri, tandanya dia akan segera mendapat cinta idamannya.


Ada satu lagi cerita yang berhubungan dengan tradisi sembahyang bulan dalam Festival Musim Gugur :
Menurut cerita, katanya jaman dulu ada satu anak perempuan berparas  jelek bernama "Wu-Yen" atau dipanggil "Wu Yen Nii" ( Nama sebenarnya adalah Zhong Li Chuen )
Waktu kecil pernah dengan tulus hati sembahyang bulan. Setelah dewasa terpilih masuk ke istana sebagai selir raja dikarenakan memiliki sifat dan pembawaannya yang sangat luar biasa bagusnya. Namun setelah di istana, dia tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang raja. Pada suatu tahun di bulan 8 tanggal 15, Sang Raja melihat dia dibawah sinar rembulan, Raja merasa gadis ini cantiknya luar biasa, setelah itu gadis ini diangkat menjadi ratu. Tradisi Menyembah Bulan asalnya adalah dari cerita ini. Peri Chang-E yang tinggal di bulan terkenal karena kecantikannya, oleh sebab itu para gadis menyembah bulan, berharap agar bisa secantik Chang-Er, wajah putih indah seperti bulan purnama