Festival Pertengahan Musim Semi atau Pue Gwe Pua bagi Orang Tionghua

Mid-Autumn Festival atau Hari Raya Kue Bulan atau Tiong Chiu

Mid-Autumn Festival atau Festival Pertengahan Musim Gugur jatuh pada tanggal 15 bulan 8 Imlek. Mid-Autumn Festival ini di Indonesia juga dikenal dengan nama “Pue Gwe Pua” atau “Pat Nyiat Pan” atau “Tiong Chiu Ciet” atau Hari Raya Kue Bulan dimana pada hari raya ini, orang-orang
Tionghua atau keturunan Tionghua di seluruh dunia merayakannya dengan memakan dan membagi-bagikan kue bulan.

Mid-Autumn Festival ini, adalah salah satu dari 3 hari raya tradisional yang paling penting bagi orang Tionghua. Pada hari ini, kegiatan paling utama bagi orang Tionghua adalah sembahayang Dewa Bumi ( Thu Ti Kong ) dan menikmati cahaya bulan purnama. Kedua tradisi berasal dari kebiasaan kuno Sembahyang Musim Gugur dan Tarian Bulan atau Sembahyang Dewi Bulan (秋社祭和跳月).

Mid-Autumn Festival diperingati pas setelah selesai panen musim gugur. Sembahyang Musim Gugur adalah sembahyang sebagai tanda terima kasih kepada Dewa Bumi yang telah melindungi hasil panen tahun ini.
Orang Taiwan menyebutnya “Tho Te Kong She 土地公生” atau Hari Kelahiran Dewa Bumi, kebudayaan ini hampir sama dengan acara Festival Panen Raya orang suku aborigin Taiwan.

Sembahyang Musim Gugur dengan Sembahyang Musim Semi ( Imlek tgl 2 bulan 2 ) menjadi satu rantai sebab akibat. Musim semi sembahyang sebagai bentuk doa agar hasil panen di musim gugur bisa bagus, dan di musim gugur, sembahyang sebagai bentuk penyampaian rasa berterima kasih atas terkabulnya doa yang mereka lakukan di musim semi, yaitu hasil panen yang berlimpah.
Kedua jenis sembahyang ini merupakan bentuk rasa hormat tertinggi kepada Dewa Bumi yang dilakukan oleh masyarakat petani jaman dulu.

Orang jaman sekarang, pada hari Pue Guek Pua (Mid-Autumn Festival) masih tetap sembahyang Dewa Bumi. Para petani akan menancapkan “Tongkat Dewa Bumi” ditengah-tengah sawah mereka, yaitu memakai tongkat bambu ujungnya dijepit “(kertas) Emas” dan ditancap di tengah-tengah sawah, sebagai tanda berterima kasih kepada Dewa-Dewi yang telah melindungi tanah merekan aman dari bencana, sehingga hasil panen berlimpah.
Dipedesaan juga ada yang mengumpulkan duit untuk mengundang pemain opera main di malam hari sebagai bentuk terima kasih kepada Dewa-dewi yang sudah melindungi hasil panen mereka. Acara ini disebut “Syukuran Hidup Aman” Atau Xie Ping An ( Berterima kasih diberi kehidupan yang aman )

Mengenai Tarian Bulan atau Thiao Yue (跳月) adalah acara sembahyang orang-orang yang percaya kepada Dewi Bulan. Mereka percaya, Dewi bulan adalah Dewi yang mengatur kelahiran, kehidupan dan Air. Thai Yin Niang Niang ( The Lunar Goddes ) adalah nama lain dari Dewi Bulan. Para leluhur dulu, setiap tanggal 15 purnama akan menari untuk menyenangkan Dewi Bulan yang disebut Tari Bulan. Lambat laun Tari Bulan berubah menjadi Acara Sembah Bulan. Para wanita akan menyajikan kue bentuk bulat di halaman rumah sebagai sajian untuk sembahyang bulan. Wanita-wanita berkumpul dan bernyanyi dengan riang dibawah sinar bulan.

Salah satu tradisi jaman dulu dalam Perayaan Hari Kue Bulan di Taiwan adalah Tradisi “Curi Sayur”. Tradisi ini sebagai warisan dari tradisi wanita sembahyang dewi bulan minta anak dan tradisi ini hampir sama dengan tradisi minta jodoh di malam cap go meh Taiwan.
Curi Sayur juga disebut “Raba Musim Gugur ( Mo Chiu /摸秋)”, “Curi Musim Gugur (Thou Chiu/偷秋)” , adalah kegiatan di malam hari Pue Gue Pua khusus buat gadis-gadis yang belum menikah. Ada pepatah di Taiwan bilang (Bhs Hokkian) “Thau Tio Chang, Ke Ho Ang ; Thau Tio Chai, Ke Ho Sai ( Siapa dapat curi daun bawang, akan menikah dengan suami yang baik; Siapa yang dapat curi sayur akan mendapat suami bagus )”. Dibawah sinar purnama yang terang, gadis-gadis yang belum menikah akan pergi curi sayur orang. Banyak atau sedikit, bagus atau jelek sayur yang mereka petik dipakai untuk meramalkan nasib bakal jodonya. Kalau berhasil mencuri daun bawang atau sayur hijau, dipercaya tidak lama lagi akan dapat Mr. Right-nya. Pepatah kuno bilang : “ Pria tidak sembah Dewi Bulan, Wanita tidak sembah Dewa Dapur”, dari pepatah ini sduah diketahui sebenarnya Perayaan Hari Kue Bulan adalah perayaan khusus buat wanita.

Menikmati Bulan Purnama dan Makan Kue Bulan.

Menikmati sinar bulan purnama dan makan kue bulan, adalah kebudayaan dan kebiasaan yang agak baru. Dari sini berkembang menjadi kebudayaan makan malam bersama keluarga.
Malam Perayaan Hari Kue Bulan ( Pue Gue Pua / Pat Nyiat Pan / Mid-Autumn Festival ) tradisional setiap rumah akan menaruh satu meja di halaman dalam pagar rumah. Diatas meja penuh dengan kue bulan, semangka, buah pear, anggur dan buah-buahan lainnya. Setelah itu membakar dupa dan kertas uang, sembahyang diruang terbuka. Setelah selesai sembahyang bulan, orang tua di rumah memotong kue bulan sesuai jumlah orang dirumah, setiap orang dapat makan satu potong. Bila ada anggota keluarga yang tidak berada dirumah, juga tetap akan disimpan satu potong buat dia, sebagai lambang semua keluarga hadir bersama dalam reuni keluarga.
Orang-orang yang usia setengah baya bersulang dengan rembulan, minum bersama keluarga dan main tebak jari dll. Orang tua mulai mendongeng legenda-legenda Mid-Autumn Festival. Sampai larut malam dan semua capek baru pergi tidur.

Selain itu, di wilayah Taiwan juga ada kebiasaan makan yang unik. Pepatah Taiwan bilang : “Ciak Bi Hun O, Wu Ho Thao Lo 吃米粉芋 有好頭路( Makan bihun keladi, mudah mencari rezeki ). Saat sembahyang, mereka ada menyajikan Bihun Keladi sebagai salah sajian sembahyang, tujuan agar leluhur mereka bisa membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang baik. Masing-masing wilayah akan mempersembahkan makanan khas wilayah mereka sebagai sajian sembahyang, yang berkembang menjadi festival makanan khas wilayah tersebut, seperti di Kaohsiung didaerah Mei-nong yang banyak orang hakka pelihara bebek, aka nada menu bebek sebagai makanan khas tambahan. Di Yilan ada istilah makan Pai Sayur (菜餅), yaitu Pai untuk orang vegetarian yang hanya terbuat dari tepung dan garam sebagai kulit dengan isi bisa gula merah dan jeruk nipis, ditambah kacang dan wijen dll yang wangi dan enak dimakan.
Hingga saat ini, kebudayaan sembahyang bulan sudah mulai hilang. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, BBQ dan main kembang api lebih popular daripada aktifitas menikmati cahaya rembulan.


Tradisi Unik Jaman Dulu :
Tradisi wanita dengar dupa di hari raya kue bulan.

“Dengar Dupa” adalah seni ramalan nasib berdasarkan mendengar pembicaraan orang. Caranya adalah, dirumah bakar dupa sembahyang dulu didepan altar atau dihadapan arca dewa-dewi. Sampaikan keinginan-keinginan atau permintaan-permintaan atau pertanyaan-pertanyaan yang mendapat pemecahan, lalu “Pua-Pwe” atau “Shin Kao”. Setelah dapat persetujuan atau jawaban “IYA” ( Pua Pwe nya satu terbuka, satu tertutup), si wanita membawa dupa keluar rumah. Sepanjang jalan mendengarkan semua percakapan orang lain di jalanan, karena semua kata-kata yang didengar bisa jadi ada yang merupakan petunjuk dari dewa-dewi. Bila beranggapan yang didengar adalah petunjuk dewa-dewi, maka pua pwe lagi. Tiga kali dapat jawaban “Iya” tandanya benar yang didengar itu adalah petunjuk dari dewa-dewi. Bila tidak, lanjutkan lagi perjalanan dengarkan lagi orang bicara.