Kisah Legenda Pue Gwe Pua Yang Indah
Penanggalan imlek bulan 8 tanggal 15 adalah
“Hari Raya Pertengahan Musim Gugur atau Festival Musim Gugur” yang sangat
penting bagi orang tionghua. Di Indonesia dikenal dengan nama “Pue Gwe Pua”
atau “Pat Nyiat Pan” atau juga disebut “Hari Raya Kue Bulan”.
Pue Gwe Pua bukan saja sebagai untuk
merayakan Negara makmur dan rakyat berpesta atas hasil
panenya, tapi juga
adalah hari raya untuk melakukan sembahyang leluhur, sembahyang dewa-dewi
kepercayaan mereka, serta acara reuni keluarga dan makan makan bersama
keluarga.
Dari cerita tradisi kuno dan makna perayaan
di jaman modern ini, pue gwe pua merupakan salah satu acara yang masih memiliki
tradisi kebudayaan tionghua yang kental.
Pue Gwe Pua adalah acara perayaan yang
memakai “bulan” sebagai thema perayaan. Sehingga cerita-cerita kuno yang
berthema bulan sangat banyak dijumpai. Meskipun sekarang jaman tehnologi sudah
maju, dan semua orang sudah tahu bahwa bulan adalah tempat yang tidak ada
kehidupan, namun orang Tionghua lebih memilih mempercayai cerita-cerita legenda
yang indah, sehingga tradisi perayaan Pwe Gue Pua ini selalu meninggalkan
kenangan indah yang tidak pernah berkurang di hati manusia.
雲母屏風燭影深,長河漸落曉星沉
( Yun Mu Phing Feng Zhu Ying Shen, Chang He
Cian Luo Siao Xing Chen)。
Sekat batu mika diterangi redup cahaya
lilin dari belakangn, Bimasakti mulai turun sementara venus mulai hilang
嫦娥應悔偷靈藥,碧海青天夜夜心。
( Chang-E Ying Hui Thou Ling Yao, Pi Hai
Ching Thien Ye Ye Xin )
Chang-E mungkin sedang menyesal telah
mencuri makan obat hidup abadi, Kini hanya bisa menatap biru langit dan setiap
malam kesepian
Diatas adalah salah satu hasil karya
terkenal yang diberi judul “Chang-E” oleh salah satu penyair Dynasty Tang yang
bernama Li, Shang-Ying alias Yi-Shan. Kisah legenda yang paling
terkenal yang berhubungan dengan Pue Gwe Pua adalah “Chang-E Pen Yue嫦娥奔月 ( Chang-e terbang ke bulan )”.
Konon menurut cerita mitologi tiongkok di
masa Kaisar Di-Yao ( sekitar 2377—2259SM), langit tiba-tiba muncul 10 matahari.
Sehingga menyebabkan bencara musim panas berkepanjangan, kekeringan dan
kematian umat manusia. Kaisar Langit ( Yii Huang Da Di ) mengetahui hal ini
lalu mengutus seorang dewa yang bernama Hou-Yi turun ke bumi.
Hou-Yi membawa Chang-E, istrinya yang
cantik turun ke bumi dan berhasil memanah 9 matahari dengan anak panah suci
hitam putihnya. Akan tetapi Kaisar Langit tidak senang karena Hou-Yi telah
membunuh 9 anak jelmaan beliau, sehingga melarang mereka kembali ke langit.
Oleh sebab itu, Hou-Yi bersumpah akan baik-baik mengelola dunia dan sering
memanah hewan buas. Hari demi hari dilalui, dan sifat Hou-Yi makin hari makin
jadi pemarah, sering tidak ambil peduli dengan penderitaan rakyat jelata.
Suatu hari di tengah perjalanan, Hou-yi
berhasil meminta obat hidup abadi dari Wang Mu Niang Niang yang berada di
Gunung Khun-lun. Kalau obat itu dimakan sendiri, dia bisa langsung kembali ke
langit. Kalau dimakan berdua, dia hanya bisa hidup kekal abadi saja. Tidak lama
kemudian, rakyat terkena bencana banjir, masa menjadi sangat sulit. Chang-E
tidak tahan melihat ke-egoisan dan kekejaman suaminya, dan disaat Hou-Yi keluar
rumah dia memakan obat hidup abadi dan terbang ke bulan. Untuk menhidari ejekan
dari para dewa-dewi, dia terpaksa tinggal sendiri di bulan yang dingin.
Setelah Chang-E terbang ke bulan, Hou-Yi yang
hidup kesepian pada suatu kali minum sampai mabuk dan dikhianati oleh muridnya
yang bernama Feng-Meng. Feng-Meng menyewa 4 orang pembunuh berhasil membunuh
Hou-Yi. Pada saat yang bersamaan, Dewa Petir murka dan Feng-Meng si pengkhianat
mati disambar petir.
Cerita motologi tiongkok ini meskipun tidak
ada dasar sejarahnya, namun kita bisa dapat banyak hikmah berharga dari
cerita mitos ini ; dia seolah-oleh menjelaskan bahwa hidup harus tahu rendah
diri dan bersyukur, serta sering peduli dan membantu orang lain. Tidak
boleh egois seperti yang dilakukan Chang-E, kalau tidak, seumur hidup tidak akan
bisa menemukan kebahagiaan sejati.